Banyak yang menganggap bahwa Candi Singosari adalah makam Raja Kertanegara sebagai raja terakhir Singosari. Akan tetapi pendapat ini diragukan banyak ahli, lebih dimungkinkan Candi Singosari merupakan tempat pemujaan Dewa Siwa karena sistem mandala yang berkonsep candi Hindu dan sekaligus sebagai media pengubah dari air biasa menjadi air suci (amerta).
Senin, 28 Maret 2016
Mahasiswa D3 Prodi Usaha Perjalanan Wisata Akpar Majapahit Kunjungi Museum Malang Tempo Doeloe, Candi Singhasari dan Candi Sumberawan
Praktik Mata Kuliah Basic Guiding dan Tour Guiding
Mahasiswa D3 Prodi
Usaha Perjalanan Wisata Akpar Majapahit Kunjungi Museum Malang Tempo Doeloe,
Candi Singhasari dan Candi Sumberawan
BARU-BARU
ini, 13 mahasiswa
D3 Prodi Usaha Perjalanan Wisata (UPW) Akpar Majapahit, yang terdiri dari Daniel
Endra, Maily Chandra, Munifah Bawazier,
Dwita Puspa dan Yolanda Afitsa (mahasiswa semester III) serta Anita
Permatasari, Eka Yuliany, Olga Claudia, Nikita Kinanthi, Diza Faiqotus, Sarah
Ferina, Adinda Anastasia dan Ryo Alexander (mahasiswa semester I) mengunjungi
objek wisata di Malang.
Objek wisata yang dikunjungi rombongan mahasiswa
yang dipimpin Bapak Eko, sebagai tour
leader-nya antara lain city tour
di Museum Malang Tempo Doeloe, Ijen Boulevard, Alun-alun Kota Malang, Toko Oen,
mengunjungi situs peninggalan sejarah Candi Singhasari dan Candi Sumberawan di
Singosari, Kabupaten Malang.
Eko adalah asisten Drs Gatot Harjoso, dosen Basic Guiding dan Tour Guiding Akpar Majapahit. Sesuai skenario, lima mahasiswa
semester III yang praktik Tour Guiding
bertindak sebagai tour guide,
sedangkan delapan mahasiswa semester I yang mengikuti praktik Basic Guiding memosisikan diri menjadi
turisnya.
Sebelum terjun di lapangan, peserta praktik Basic Guiding dan Tour Guiding dibekali dengan run
down acara yang telah disiapkan dosen pembimbing. Dengan bekal run down itu mahasiswa bisa mengikuti
rangkaian kegiatan tersebut dengan sebaik-baiknya, meskipun dalam pelaksanaannya
ada sedikit koreksi dari tour leader
(pimpinan rombongan).
Dipilihnya objek wisata di Malang dan sekitarnya, selain
karena lokasinya relatif dekat dengan Surabaya, sekitar 100 kilometer, juga
banyak pelajaran yang bisa dipetik mahasiswa selama mengunjungi objek wisata
tersebut sejak pagi hingga sore hari.
Setelah
menempuh perjalanan darat selama dua jam dari Surabaya dengan mini bus Isuzu
Elf berkapasitas 20 tempat dudul, rombongan mahasiswa UPW Akpar Majapahit tiba
di Museum Malang Tempo Doeloe Jl Gajah Mada, Kidul Dalem, Balai Kota Malang
sekitar pukul 10.30 WIB.
Lima
mahasiswa semester III yang ditugaskan menjadi tour guide, menyempatkan diri mencari info kepada petugas jaga
museum. Sebelumnya, mereka juga membekali diri dengan browsing internet seputar keunikan dan kelebihan Museum Malang
Tempo Doeloe, Candi Singhasari dan Candi Sumberawan di Singosari Kabupaten
Malang.
Nah,
dengan bekal seabrek info tersebut, mahasiswa semester III yang terdiri dari
Daniel, Maily, Munifah, Dwita dan Yolanda semakin percaya diri ketika memberi
arahan dan penjelasan seputar keunikan dan kelebihan Museum Malang Tempo Doeloe
kepada adik kelasnya yang saat itu memosisikan diri sebagai turis.
KOLEKSI MUSEUM
Kepada tamunya, seorang tour guide profesional menjelaskan bahwa
sejarah Museum Malang Tempo Doeloe diresmikan pada tanggal 22 Oktober 2012.
Museum yang sebagian didominasi oleh warna oranye itu memberi gambaran bahwa Malang
dulunya merupakan danau atau laut purba.
Museum Malang Tempo Doeloe terletak di
Jl. Gajah Mada, atau tepatnya ada di belakang Balai Kota Malang. Untuk bisa
menikmati semua koleksi yang terpajang rapi di museum kebanggaan Pemkot Malang,
pengunjung harus bayar dulu tiket masuk Dan asyiknya lagi, pengunjung yang
ingin mengabadikan momen tak terlupakan bersama dengan berbagai koleksi di
Museum Malang Tempoe Doeloe juga diperbolehkan. Oh ya, museum ini buka mulai
pukul 08.00 – 17.00 WIB.
Saat
baru masuk ke dalam Museum Malang Tempo Doeloe, pengunjung bisa menikmati berbagai
macam koleksi yang tersimpan dengan rapi. Museum Malang Tempo Doeloe punya 20
ruangan yang mengusung konsep berbeda-beda dengan dekorasi bercitarasa modern. Pengunjung
juga bisa menyaksikan pemutaran film dokudrama di ruangan kaleidoskop yang memutar
sejarah kota Malang.
Keunikan
yang dimiliki Museum Malang Tempo Doeloe dimulai dari pembagian periode waktu yang
disesuaikan dengan urutan sejarah dari kota Malang. Pertama, adalah jaman
purbakala yang berlangsung sekitar 1,5 juta tahun yang lalu. Ada banyak sekali
benda-benda purbakala yang dulu digunakan oleh manusia purba untuk bertahan
hidup. Pengunjung juga bisa melihat tanduk kerbau purba dan fosil-fosil.
Kedua,
pengujung museum juga bisa merasakan suasana kerajaan-kerajaan yang dulu pernah
berjaya di Malang, seperti Kerajaan Singasari, Kerajaan Kediri, dan Kerajaan
Kanjuruhan yang menjadi bagian dari penemuan pondasi pertama yang ditemukan
oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1716.
Koleksi
Museum Malang Tempo Doeloe seperti keris, buku-buku, prasasti dan patung-patung
lilin dirancang se-hidup mungkin, batu bata kuno yang konon berasal dari jaman
Kerajaan Majapahit, naga berkepala wanita, patung ganesha, dwarapala,
arca-arca, ilustrasi gua yang menggambarkan tentang tempat bertapa Ken Arok,
dan masih banyak koleksi lainnya. Setidaknya, ruangan ini memberi gambaran yang
cukup jelas tentang sejarah kota Malang di masa lalu.
Untuk
melihat periode ke-3 Museum Malang Tempo Doeloe, pengunjung diajak naik ke
lantai 2. Di tempat ini pengunjung bisa melihat foto-foto walikota Malang yang
pernah menjabat sejak jaman Belanda hingga sekarang ini. Setelah itu, pengujung
diantar ke jaman revolusi yang berlangsung pada periode 1945 – 1949 yang
digambarkan dalam diorama. Ada juga bagian Museum Malang Tempoe Doeloe yang
khusus menyajikan gambaran pendudukan Jepang di Indonesia. Nuansanya pun Jepang
banget!
Inilah
jaman yang paling dekat dengan sejarah bangsa Indonesia yang disajikan oleh
Museum Malang Tempo Doeloe karena di saat itulah ibu pertiwi berjuang keras
untuk mendapatkan pengakuan kemerdekaan. Diorama seperti penjara besi, patung
Bung Karno, ilustrasi yang menggambarkan suasana rapat KNIP yang dipimpin Bung
Hatta pun cukup akomodatif.
Dan
yang terakhir adalah periode sekarang yang melukiskan kota Malang di masa kini.
Kalau dilihat sekilas, tempat ini memang menyajikan tema jadul tapi dengan
kemasan modern dan fresh sehingga
pengunjung punya gambaran tentang bagaimana Kota Malang tumbuh kembang hingga
sekarang. Museum yang mengusung tema New
Concept Modern Live Museum itu sukses
dikembangkan pengelolanya sehingga menarik dikunjungi wisatawan.
Tak terasa keasyikan menikmati koleksi Museum Malang Tempo Doeloe
ternyata waktunya sudah memasuk jam makan siang. Rombongan mahasiswa UPW Akpar
Majapahit tidak perlu jalan jauh-jauh karena rumah makan yang menyajikan menu
tradisional Jawa itu siap menghilangkan rasa lapar dan dahaga Anda karena
lokasinya dekat dengan museum tersebut. So,
makan siang (lunch) bersama saat itu
betul-betul luar biasa nikmat karena menunya enak banget dan minumannya menyegarkan.
Setelah menikmati sajian makan siang, rombongan mahasiswa UPW Akpar
Majapahit kembali mengikuti city tour
dengan menyusuri Jl Ijen Boulevard, Alun-alun Kota Malang, melewati Toko Oen,
yang kondang karena toko itu menyediakan es krim tempo doeloe yang lezat sejak
dulu hingga sekarang.
CANDI SINGHASARI
Puas berkeliling kota Malang, rombongan melanjutkan perjalanan dengan
mengunjungi situs peninggalan sejarah Candi Singhasari di Jl Kertanegara Dukuh
Krajan, Desa Candirenggo, Kec. Singosari dan Candi Sumberawan di Jl. Toyomarto
Kec. Singosari Kabupaten Malang. Candi Sumberawan lokasinya enam kilometer dari
Candi Singhasari yang terletak di kaki Gunung Arjuna.
Candi
Singosari adalah candi Hindu – Buddha yang merupakan peninggalan bersejarah
dari Kerajaan ternama yakni "Kerajaan Singhasari". Candi ini
berlokasi di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, lebih kurang 11 km sebelah
utara dari pusat kota Malang. Candi Singosari atau Singhasari kadang disebut
pula sebagai "Candi Ken Dedes" ,Candi Singhasari merupakan makam Raja
Kertanegara (1268 – 1292) sebagai Bhirawa atau dewa Syiwa dalam bentuk ganas.
Di
sebelah barat candi Singhasari (kurang lebih 100 Meter) terdapat dua arca besar
yang mempunyai tinggi 3,7 Meter yang disebut sebagai penjaga atau lebih dikenal
dengan Arca Dwarapala dari sebuah taman yang indah dan luas pada jaman Kerajaan
Singhasari, yang mungkin mencakup Sumberawan.
Tidak
banyak sisa-sisa Kerajaan Singosari yang pernah berkuasa abad 13 di Jawa Timur.
Hanya ada sebuah candi yang belum selesai dibangun dan dua patung raksasa yang
berdiri menjaga di depan istana sebagai jejak yang tersisa dari salah satu
kerajaan besar di Nusantara ini.
Candi
Singosari disebut masyarakat setempat sebagai "Candi Cungkup"
awalnya sempat dinamakan juga Candi Renggo, Candi Menara, dan Candi Cella.
Untuk sebutan yang terakhir karena candi ini memiliki celah sebanyak empat buah
di bagian tubuh candi. Hingga kini nama yang lebih dikenal adalah Candi
Singosari karena letaknya di Singosari.
Banyak yang menganggap bahwa Candi Singosari adalah makam Raja Kertanegara sebagai raja terakhir Singosari. Akan tetapi pendapat ini diragukan banyak ahli, lebih dimungkinkan Candi Singosari merupakan tempat pemujaan Dewa Siwa karena sistem mandala yang berkonsep candi Hindu dan sekaligus sebagai media pengubah dari air biasa menjadi air suci (amerta).
Banyak yang menganggap bahwa Candi Singosari adalah makam Raja Kertanegara sebagai raja terakhir Singosari. Akan tetapi pendapat ini diragukan banyak ahli, lebih dimungkinkan Candi Singosari merupakan tempat pemujaan Dewa Siwa karena sistem mandala yang berkonsep candi Hindu dan sekaligus sebagai media pengubah dari air biasa menjadi air suci (amerta).
Sebelum
kembali ke Surabaya, rombongan mahasiswa UPW Akpar Majapahit memungkasi praktik
Basic Guiding dan Tour Guiding dengan mengunjungi situs
peninggalan sejarah Candi Sumberawan di Singosari.
Kaprodi UPW Akpar Majapahit Dewi Mariana M.Par mengatakan, usai mengikuti rangkaian praktik basic guiding dan tour guiding di Malang, mahasiswa mendapat tugas dari dosen pembimbing untuk membuat laporan perjalanan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar