SETELAH menikmati liburan Tahun Baru Imlek (Happy Chinese New Year) 2022, 10 mahasiswa D4 Prodi Jasa Makanan (BJM) Politeknik Surabaya (member of Tristar Group), kembali masuk kuliah untuk belajar cara membuat Kecap Manis (dua varian rasa yakni Manis dan Manis Pedas) serta Kecap Asin (Ketchup atau Soy Sauce) bersama Chef Rachma Nur Devianti STP., M.MPar., di Kitchen Modern Kampus D Plaza Segi Delapan Sukomanunggal, Surabaya Barat, Rabu (02/02/2022) pagi.
Kecap
merupakan salah satu jenis olahan produk fermentasi di luar Yoghurt, Tempe
dan Kimchi, yang keberadaannya sudah dikenal luas oleh masyarakat maupun
pelaku usaha kuliner di Indonesia.
Sejarah
Kecap Manis di Indonesia ternyata dibawa oleh orang-orang Hokkien (perantauan)
dan pedagang asal Tiongkok, yang awal mulanya memperkenalkan Kecap Asin (Soy
Sauce). Kecap Manis merupakan salah satu bumbu yang biasa ada di kuliner
Indonesia, terutama Jawa.
Rasanya
yang manis dan gurih membuat Kecap Manis kerap menjadi penyedap kudapan, seperti
bakmi, bakso, siomay, batagor, bubur ayam maupun gado-gado. Selain itu ada juga
sejumlah makanan yang menggunakan kecap di antaranya gudeg, tempe tahu bacem,
ayam bakar, semur, tongseng, nasi goreng, mie goreng dan sate.
Dikutip dari laman www.Indonesia.go.id, kecap sejatinya memang bukan produk bumbu penyedap asli Nusantara. Kecap diperkirakan sudah ada sejak 300 tahun sebelum masehi (SM). Tapi, di era Kekaisaran Romawi, namanya bukan kecap melainkan liquamen. Bangsa Romawi menggunakannya sebagai penambah rasa makanan.
Liquamen
terbuat dari semacam petis teri, cuka, minyak dan merica, Kecap Romawi ini
memiliki rasa yang hampir mirip dengan kecap buatan bangsa Tiongkok. Kemudian,
16 abad setelah itu, tepatnya pada 1690, bangsa Tiongkok menggunakan saus
serupa yang dinamakan dengan Ke’tsiap atau Kecap Asin (Soy Sauce).
Seiring
dengan perkembangan teknologi pembuatan Ke’tsiap pun mulai memakai
kacang kedelai hitam (Glycine soya varietas Malika) sebagai bahan
utamanya. Olahan produk fermentasi ini oleh pedagang dari Tiongkok kemudian diperjualbelikan
hingga ke kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Kecap
Asin ini bertekstur lebih cair dan terbuat dari kedelai dengan komposisi garam
yang lebih banyak, atau bahkan ikan laut. Kecap Asin juga mulai populer dalam
masakan Indonesia dan menjadi penyedap di mie ayam, tumis kerang dan nasi
goreng.
Namun
ternyata kultur budaya masyarakat Jawa, khususnya, sebagai tempat bersandarnya
kapal-kapal dagang Tiongkok, tidak terlalu menyukai Kecap Asin (Soy Sauce).
Dari situlah, orang-orang Tiongkok itu menambahkan gula kelapa (brown sugar)
ke dalam Kecap Asin, sehingga berubah menjadi Kecap Manis.
”Dari
sinilah lahir Kecap Manis yang disesuaikan dengan lidah masyarakat Jawa yang
doyan banget dengan cita rasa manis,” kata Chef Rachma Nur Devianti,
Dosen Pengajar Food Technology Tristar Group, yang menjelaskan sekilas tentang sejarah
kecap di Jawa khususnya. Boleh dikatakan bahwa lahirnya Kecap Manis itu
merupakan hasil persilangan antara budaya Jawa dengan Tiongkok.
Di
samping itu sejarah kecap di Indonesia juga berlanjut dengan dibangunnya pabrik
kecap pertama di Indonesia pada 1882, tepatnya di Pasar Lama Tangerang. Pabrik
ini dikelola oleh Teng Hang Soey. Pabrik kecap tertua di Indonesia itu sampai
saat ini masih beroperasi. Mereknya pun berubah dari Teng Giok Seng menjadi Kecap Benteng Cap Istana.
Setelahnya
baru ditempati oleh Kecap Cap Orang Jual Sate yang didirikan oleh Ong Tjin Boen
di Probolinggo, Jawa Timur pada 1889. Selain Kecap Teng Hang Soey di Tangerang
juga ada Kecap Benteng Cap SH. Kecap yang dibuat oleh Lo Tjit Siong ini mulai
diproduksi sejak 1920 silam dan masih eksis sampai sekarang.
Dalam
pembuatan kecap, komposisi utama yang dibutuhkan adalah kedelai hitam, gula
kelapa, air, asam benzoat (bahan pengawet makanan), asam sorbat, bahan
pengental dan garam. Selama proses pembuatan kecap juga dibantu oleh spora
jamur jenis Aspergillus rhizopus dan mucor yang memiliki kemampuan melapukkan
kedelai melalui proses fermentasi.
Cara
pengolahan kecap memiliki sejumlah tahapan mulai dari pencucian, perebusan,
pengupasan kulit kedelai dan perendaman. Kulit kedelai dikupas agar miselium
jamur Aspergillus rhizopus bisa menembus biji kedelai saat proses
fermentasi.
Tahap
selanjutnya adalah Inokulasi. Tahap ini dilakukan dengan cara menambahkan inoculum,
yaitu ragi tempe atau laru atau starter koji. Kemudian bahan
tersebut diinkubasi pada suhu 30*C sampai berwarna kekuning-kuningan selama lima
hari.
Tahapan berikutnya adalah Fermentasi. Fermentasi pertama menggunakan starter koji dan terakhir adalah Fermentasi dua untuk menghasilkan kecap yang berwarna hitam dengan kekentalan tertentu dengan cita rasa yang khas. Barulah hasil fermentasi kedelai itu dikemas dalam botol dan diberi etiket.
”Dengan demikian, kecap merupakan ekstrak dari hasil fermentasi kedelai yang dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula (kelapa), garam dan bumbu dengan tujuan untuk meningkatkan cita rasa makanan,” tandas Chef Rachma di hadapan mahasiswa Prodi D4 Bisnis Jasa Makanan, pekan lalu.
Untuk informasi lebih
lanjut terkait program baru D4 Prodi
Bisnis Jasa Makanan (BJM) Politeknik Surabaya di Gedung Graha Tristar, Jl Raya Jemursari No. 244 Surabaya, silakan Anda menghubungi Telp. (031) 8433224-25, 8480823, Telp. (031) 8433224-25, 8480821-22, 081 330 350 822, 0812
3375 2227 (WA) atau 0813 5786 6283 (WA), sekarang juga. (ahn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar