Selasa, 27 November 2018
Dari Gelaran Indonesia Chef Expo 2018 di Pakuwon Trade Centre - Walikota Tri Rismaharini Sempatkan Diri Mampir di Stand Tristar Group, Cicipi Minuman Tradisional Racikan Mahasiswa
Dari
Gelaran Indonesia Chef Expo 2018 di Pakuwon Trade Centre
Walikota
Tri Rismaharini Sempatkan Diri Mampir di Stand Tristar Group, Cicipi Minuman Tradisional
Racikan Mahasiswa
WALIKOTA
Surabaya DR (HC) Ir Tri Rismaharini yang menyempatkan diri
mampir di stand Tristar Group dan mencicipi minuman hasil racikan mahasiswa Tristar Group – mengelola Akpar Majapahit, Tristar Institute dan
Politeknik Surabaya— menjadi momentum spesial sekaligus membanggakan bagi segenap civitas akademika
lembaga pendidikan tinggi yang berkantor pusat di Graha Tristar Jl. Raya Jemursari No. 244 Surabaya.
Bagaimana tidak, usai
Walikota Tri Rismaharini membuka Munas I
Perkumpulan Chef Profesional Indonesia (PCPI) dan Indonesia Chef Expo
(ICE) 2018 di Pakuwon Trade Centre,
Jumat 04/05/2018) siang, diajak keliling oleh Panitia Munas untuk mengunjungi
stand peserta ICE 2018.
Tri Rismaharini di dampingi Ketua Umum DPP PCPI Chef Bambang Nurianto bersama jajaran Pengurus dan Ketua Panitia
Munas I PCPI meninjau satu per satu stand peserta pameran ICE 2018. Nah,
setelah menyempatkan diri mampir dan berdialog dengan sejumlah peserta pameran,
Walikota diarahkan Chef Bams, sapaan
akrab Bambang Nurianto dan Panitia Munas I PCPI 2018 mampir ke stand Tristar Group.
Kedatangan Walikota ke stand
Tristar Group disambut langsung oleh Head of Public Relation Officer Tristar
Group Hendrik Adrianus SE, M.Par dan sejumlah mahasiswa. Salah satu
mahasiswa Akpar Majapahit lalu menyodorkan minuman tradisional hasil racikan
mahasiswa untuk dinikmati Walikota Tri Rismaharini.
Alumni FTS ITS jurusan
Planologi ini tidak menampiknya. Minuman tradisional itu pun dicicipi sambil
mencoba menebak resep minuman tersebut komposisi bahannya terdiri dari apa
saja. Resep minuman tradisional hasil kreasi Agus Jaya Mulyana, Bartender Profesional dari Surabaya ini pun
diminumnya sampai habis. “Rasanya oke banget,
Segar ditenggorokan. Minuman tradisional ini saya kira layak untuk diangkat ke level
nasional,” katanya setengah berpromosi.
Sementara itu, saat memberi
sambutan di hadapan peserta Munas I PCPI di Pakuwon Trade Centre, akhir pekan
lalu, Tri Rismaharini mengapresiasi semangat para chef profesional anggota PCPI se-Indonesia bahkan chef yang bekerja di luar negeri yang
bertekad mengangkat aneka produk kuliner tradisional Indonesia –baik makanan, kue
dan minuman-- ke tingkat global sekaligus mempromosikan kekayaan kuliner
Indonesia ke tingkat regional bahkan internasional (global).
Menurut Tri Rismaharini, profesi
chef sekarang sangat menjanjikan. Chef tidak lagi duduk di belakang layar
tetapi juga bisa tampil di depan seperti chef
artis yang belakangan ini marak berbagi ilmu dengan pemirsa di layar kaca
atau tampil jadi bintang tamu saat launching
produk baru dan acara demo masak di pusat-pusat perbelanjaan.
Pengalaman mengunjungi
Belanda, diundang Pemerintah Kerajaan Belanda, oleh pihak Kedubes RI di
Belanda, dirinya diajak mencicipi masakan tradisional Indonesia yang
dihidangkan oleh seorang chef asal
Indonesia (Bu Risma mengaku lupa namanya) yang memang menyiapkan masakan instimewa itu khusus untuk
Walikota Surabaya.
”Chef profesional itu juga bisa menjadi seorang entertainment sekaligus duta wisata Indonesia di luar negeri. Lewat
kepiawaiannya memasak atau meracik minuman, misalnya, maka makanan yang tadinya
hanya biasa-biasa saja, lewat sentuhan tangan mereka maka tampilan makanan itu
jadi luar biasa, begitu juga citarasa dan teksturnya,” puji Walikota Tri
Rismaharini dan disambut applaus panjang
oleh peserta Munas.
”Jangan sampai tahu campur Lamongan yang namanya sudah menasional itu
tiba-tiba diklaim oleh negara lain sebagai warisan kekayaan kuliner negaranya.
Untuk itu kami siap bantu PCPI menguruskan hak patennya,” ujar Bu Risma, sapaan
akrab Walikota Surabaya.
Sementara itu, Ketua Badan Nasional Sertifikasi Profesi
(BNSP) Ir Sumarna F. Abdurrahman M.Sc., menekankan pentingnya sertifikasi
profesi untuk para chef anggota PCPI
yang tersebar di Indonesia dan luar negeri.
Untuk disebut sebagai profesi,
syaratnya ada tiga yakni (1). Memenuhi standar kompetensi (kemampuan chef secara berjenjang). (2). Melalui
mekanisme pendidikan dan pelatihan (learning
by doing and being) dan (3). Pengakuan masyarakat.
Untuk itu, chef wahib
mengikuti Sertifikasi Profesi yang dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi
(LSP), yang dalam hal ini DPP PCPI telah dipercaya pemerintah menjadi LSP, sehingga
bisa menggelar program Sertifikasi Profesi kepada anggotanya sendiri. DI
Indonesia sedikitnya ada empat profesi yang diakui publik baik di level
nasional, regional dan internasional yakni Dokter, Lawyer, Wartawan dan Chef.
Profesi chef tidak harus bekerja di hotel, restoran atau café & resto, tetapi juga bisa
mengisi posisi .head chef di RS.
Mereka biasanya ditandemkan dengan ahli gizi, agar selera makan pasien tetap
tinggi dan memberi sugesti bahwa mereka bisa cepat sembuh karena menu makanan
yang dihidangkan selain tampilannya oke juga teksturnya lembut dan enak rasanya.
Munas I PCPI dan Indonesia Chef
Expo (ICE) 2018 di PTC yang berlangsung tiga hari, mulai 04-06 Mei 2018 lalu, juga
menjadi tantangan tersendiri bagi segenap pengurus dan anggota PCPI di seluruh
Indonesia karena mereka juga mendapat tugas negara untuk membuat dictionary aneka makanan (termasuk kue
dan minuman) tradisional Indonesia untuk
dibukukan dan dipatenkan di Ditjen HAKI Kemenkumham.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar